The Dream Comes True, Harga Emas Akhirnya Tembus US$ 1.900 | PT Solid Gold Berjangka
PT Solid Gold Berjangka Semarang | Seperti yang sudah diprediksi, akhirnya harga emas dunia kembali tembus US$ 1.900/troy ons setelah tertekan dalam 5 bulan terakhir. Tren bullish harga emas terjadi sejak akhir Maret lalu ketika harga aset digital cryptocurrency seperti Bitcoin cs goyang.
Di arena pasar spot harga emas dunia menguat 0,21% pagi ini waktu perdagangan Asia, Rabu (26/5/2021). Untuk pertama kalinya sejak 7 Januari 2021, harga emas kembali menyentuh level psikologis US$ 1.900/troy ons.
Kini emas sudah bertengger di US$ 1.903,3/troy ons. Harga emas saat ini juga sudah berada di atas rata-rata harga jangka panjangnya yaitu rata-rata harga 200 hariannya (Moving Average 200/MA200).
Apabila harga emas terus menguat, maka peluang garis MA50 memotong MA100 akan semakin besar, tren bullish jangka menengah harga emas bisa semakin terkonfirmasi. Tak menutup kemungkinan harga emas juga akan kembali tembus US$ 2.000/troy ons seperti bulan Agustus tahun lalu.
Salah satu pemicu naiknya harga emas adalah data penjualan rumah baru di AS yang mengecewakan. Data penjualan rumah baru AS meleset dari ekspektasi di bulan April dengan penurunan 5,9%. Sementara itu angka penjualan bulan sebelumnya juga direvisi turun.
Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan rumah baru di AS bulan April mencapai 863.000 unit setelah disesuaikan dengan periode musimannya. Penjualan bulan Maret direvisi turun menjadi 917.000 unit dari 1.021.000 unit.
Hal tersebut tentu saja berbeda dengan ramalan pasar. Konsensus pasar mengharapkan penjualan naik menjadi 970.000 unit di bulan April. Secara tahunan, penjualan rumah baru naik 48,3% dari perkiraan tahun lalu sebanyak 582.000 unit.
Di sisi makro kenaikan harga emas juga tak lepas dari tertekannya dolar AS. Ancaman inflasi yang tinggi tetapi dengan kebijakan moneter yang tetap longgar membuat banyak orang lari ke emas untuk menyelamatkan diri.
Bahkan aset digital seperti Bitcoin yang digadang-gadang sebagai emas digital pun ikut ditinggalkan. Padahal sebelumnya aset ini diburu oleh investor ritel maupun institusi.
Apabila dilihat dari fundamental ekonomi pun risiko ketidakpastian semakin tinggi. Ketika dunia barat seperti Amerika Serikat dan Eropa mulai membuka kembali perekonomiannya, beberapa negara kawasan Asia justru melakukan hal sebaliknya.
India, Malaysia, Taiwan dan Singapura justru menghadapi kenaikan kasus infeksi Covid-19 yang memaksa mereka untuk kembali menerapkan lockdown. Eropa yang sering buka tutup perekonomian juga tercatat mengalami double dip recession alias resesi kambuhan.
Dengan berbagai risiko yang ada, tone di pasar yang berubah menjadi sedikit konservatif adalah hal yang wajar. Itulah mengapa emas kembali naik pamor dan lagi-lagi diburu banyak orang.
sumber:cnbcindonesia.com – PT Solid Gold Berjangka