Return to site

Solid Berjangka | ‘Hancurnya’ Kemilau Emas Dunia, Harganya Nyungsep Terus!

broken image

‘Hancurnya’ Kemilau Emas Dunia, Harganya Nyungsep Terus! – Solid Berjangka 

Solid Berjangka Semarang | Harga emas dunia kembali turun kendati tipis pada perdagangan Kami pagi kemarin (25/8/2021). Harga sang logam mulia kembali ke bawah US$ 1.800/troy ons. 

Data Refinitiv mencatat, pada Kamis pukul 06:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.790,39/troy ons. Turun tipis 0,02% dibandingkan sehari sebelumnya. 

Adapun diakses pada Kamis malam pukul 21.36 WIB, berdasarkan data Kitco, harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.794,50/troy ons, dan dalam 30 hari terakhir minus 0,46% dan setahun terakhir turun 8,40% kendati dalam 6 bulan terakhir naik 3,16%. 

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga emas masih bisa turun lagi. Kegagalan menembus titik resistance (batas atas) di US$ 1.800/troy ons membuat harga emas mungkin akan mundur teratur ke arah US$ 1.773/troy ons. 

“Lebih dari itu, kegagalan menembus US$ 1.800/troy ons akan membawa kehancuran,” tegas Wang dalam risetnya. 

Wang kini ragu harga emas bisa naik ke US$ 1.828-1.861/troy ons. Dia menilai mungkin tren kenaikan harga emas sudah selesai. Sepertinya pola penurunan harga sudah terbentuk. 

“Harga emas hari ini akan bergerak di kisaran US$ 1.775-1.773/troy ons. Divergensi bearish di RSI memberi konfirmasi hal tersebut,” lanjut Wang. 

Sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu, harga emas mulai merosot. 

Harganya sempat menguat lagi ke atas US$ US$ 2.000/troy ons pada 18 Agustus lalu, tetapi dibanting turun lagi dan tidak pernah lagi menyentuh level tersebut. 

Di tahun 2021, emas sempat merosot ke US$ 1,676/troy ons pada 8 Maret lalu, sebelum rebound dan menanjak hingga level tertinggi yang bisa dicapai di US$ 1.900/troy ons di akhir Mei lalu, itu pun hanya beberapa hari saja. Setelahnya merosot lagi, artinya emas sudah dalam tren menurun. 

Isu tapering (pengurangan pembelian aset oleh bank sentral AS, The Fed) menjadi salah satu faktor yang membuat harga emas berada dalam tren menurun. 

Maklum saja, berkaca dari sejarah 2013, harga emas dunia bisa ambrol hingga lebih dari 45% dari rekor tertinggi di September 2011 US$ 1.920/troy ons akibat tapering. 

Jika dilihat dari rekor saat ini yang dicapai pada bulan Agustus tahun lalu, hingga ke level terendah tahun ini pada 8 Maret, emas “baru” merosot 19%. 

Di tahun 2013, saat The Fed melakukan tapering, aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum. 

Saat itu terjadi, dolar AS menjadi perkasa, dan harga emas dunia yang dibanderol dengan mata uang Paman Sam menjadi terpukul. 

Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015. Tetapi jauh sebelumnya, emas sudah bereaksi terhadap kebijakan moneter The Fed. Sam seperti saat ini, ketika emas sulit menguat akibat isu tapering, bahkan saat belum jelas kapan akan dilakukan. 

Sebelum menggelontorkan QE akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) sejak Maret 2020 lalu, The Fed pernah melakukan hal sama saat terjadi krisis finansial global 2008. QE The Fed tersebut membawa emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Agustus 2020, dan sebelumnya pada September 2011. 

sumber : cnbcindonesia.com – Solid Berjangka