PT Solid Gold Semarang | Belakangan ini konspirasi makin marak antara lain seputar COVID-19, Bill Gates dan vaksin, hingga peluncuran roket SpaceX. Ternyata, banyak orang yang mempercayai hal itu.
Meski belum diketahui pasti benar atau salahnya, konspirasi terbukti berhasil menjaring segelintir masyarakat.
Joel B. Carnevale Assistant Professor of Management di Syracuse University’s Martin J. Whitman School of Management, yang kerap berfokus pada penelitian perilaku sosial membahas mengenai mengapa orang bisa jatuh pada teori konspirasi.
1. Konspirasi memberikan rasa kontrol pada hal yang tidak terkontrol
Manusia secara alami tidak menyukai ketidakpastian, lebih condong pada hal yang terstruktur dan aturan tersusun dari dunia. Ketika ada krisis atau perubahan cepat, manusia menganggapnya sebagai ancaman.
“Untuk mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan dinamis seperti itu, kita mengembangkan berbagai keterampilan dan strategi seperti kemampuan untuk dengan cepat menemukan dan mengidentifikasi pola untuk memecahkan masalah yang kompleks dan baru,” tulisnya sebagaimana mengutip Express News.
Nah, di situasi sekarang yang belum pasti, kita menggabungkan kemampuan kita dalam pengenalan pola di tengah beragam informasi. Karenanya, menyusun teori-teori sederhana yang diklaim dengan kepastian mutlak lebih mudah dipercaya.
2. Konspirasi mengafirmasi bias
“Semakin lama, kita menjadi sangat aman dalam gelembung kita sehingga kita hanya menerima informasi, apakah benar atau tidak, yang sesuai dengan pendapat kita, daripada mendasarkan pendapat kita pada bukti yang ada di luar sana.” ucap mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Konspirasi tidak hanya memaksakan struktur pada lingkungan, tetapi ini juga mengeksploitasi bias kognitif manusia. Teori konspirasi memanfaatkan kerentanan kita terhadap bias konfirmasi, atau kecenderungan untuk lebih menyukai dan memberi bobot lebih besar pada informasi yang menegaskan pandangan kita yang sudah terbentuk sebelumnya.
3. Konspirasi ekspresi dari narsisme
Dengan melimpahruahnya informasi yang bisa diakses dari mana saja, akan mudah bagi seseorang menjadi pengikut paham suatu teori, terutama dalam momen penuh ketidakpastian.
“Orang-orang dengan tingkat narsisme yang tinggi mungkin akan lebih percaya pada teori konspirasi… konspirasi juga menegaskan kehebatan narsisis dengan memberi mereka perasaan bahwa mereka memiliki pengetahuan eksklusif yang hanya diketahui oleh sedikit orang,” ujar Carnevale.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi teori konspirasi?
Bersabarlah dengan ketidakpastian. Cari informasi tambahan dan bukti yang diperlukan untuk sampai pada kesimpulan yang lebih terukur dan berdasarkan data.
“Seperti yang dikatakan oleh Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes, ‘Adalah kesalahan besar untuk berteori sebelum seseorang memiliki data. Secara tidak masuk akal orang mulai memutarbalikkan fakta agar sesuai dengan teori, alih-alih teori yang sesuai dengan fakta’,” pungkas Carnevale.
sumber:detik.com – PT Solid Gold
PT Solid Gold | Olein Akan Meningkat di 2020